BP.SEKILAS POS-(BISNIS) Berangkat dari rasa rindu akan jajanan masa kecil, Ryan Adham Saputra Angkawijaya, pemuda asal Tangerang merintis usaha Snazzy Boom sejak Januari 2017. Snazzy Boom merupakan produk arum manis yang dikemas gaya kekinian dengan berbagai varian rasa, seperti frambozen, durian boom, gummy boom, melon boom, original boom, choco boom dan pineapple boom. Ide bisnis ini datang dari sebuah obrolan bersama teman-teman soal sulitnya menemukan penjual arum manis atau rambut nenek. “Padahal, dulu gampang banget. Biasanya, bapak-bapak yang jualan arum manis keliling komplek,” kenangnya.
Dari keluh kesah teman-temannya itulah, Ryan menangkap peluang berbinis arum manis cukup besar. Tanpa pikir panjang, untuk mencari pembuat arum manis..
Awalnya, Ryan memasok arum manis langsung dari Lamongan, Jawa Timur. disana ada satu desa khusus yang membuat arum manis.
“Namun ternyata setelah berkali-kali order justru menemui tak adanya standar rasa dan setelah beberapa kali berganti perajin arum manis, saya menemukan formula rasa dan tekstur adonan yang pas untuk Snazzy Boom. Produk arum manis Snazzy Boom memang sengaja dibuat dengan aneka rasa, untuk memberi ciri khas sekaligus keistimewaan tersendiri. Biasanya arum manis hanya satu rasa, bisa jadi konsumen bakal bosan,” tutur Ryan Adham Saputra Angkawijaya.
“Meski tergolong bisnis yang baru saja dirintis, Snazzy Boom menunjukkan perkembangan yang pesat. Kini, sekitar 2.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia bergabung menjadi reseller Snazzy Boom. Penjualan Snazzy Boom dilayani dengan dua cara, yaitu penjualan offline dilayani lewat reseller dan penjualan online dilayani lewat sosial media bagian Customer Service (CS) Snazzy Boom, dengan tujuh varian rasa dijual mulai Rp 15.000–Rp 20.000 per kaleng. Harganya tergantung wilayah, mungkin kalau Indonesia Timur bisa lebih Rp 20.000 per kaleng,” jelas Ryan.
Ryan pun mengatakan, “kini Snazzy Boom bisa menjual rata-rata 10.000–15.000 kaleng tiap bulannya. Di beberapa waktu tertentu, kadang permintaan Snazzy Boom meningkat, sehingga Ryan bisa menjual lebih dari 15.000 kaleng. Omzet yang dikantonginya pun sudah lebih dari Rp 100 juta per bulan”, ungkapnya.
Arum manis atau Rambut Nenek memang jajanan yang melegenda. Meski demikian, tak serta merta memuluskan pemasaran Snazzy Boom. Ryan Adham Saputra Angkawijaya, Co-founder Snazzy Boom pernah merasakan pahitnya berjualan arum manis. Awalnya, berjualan keliling dari satu sekolah ke sekolah lain. Saat itu dikemasnya dalam plastik biasa tanpa merek.
Lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) ini juga merasakan penolakan dari konsumen karena bentuk arum manis yang semula apik menjadi leleh dan menggumpal karena perbedaan suhu. Bahkan, ada juga yang sempat memandang sebelah mata bisnis yang sedang dirintisnya.
Namun, berbagai pengalaman ini justru mendorong semangatnya berbisnis. “Dari penolakan itu, kami evaluasi dan perbaiki semuanya. Mulai dari kualitas produk, formula adonan, kemasan sampai branding. Meski kami harus mulai dari awal lagi,” ungkapnya.
Setelah semua aspek diperbaiki kualitas dan standarnya, nama Snazzy Boom disematkan. Sejak Maret 2017, Ryan meluncurkan kembali bisnis arum manisnya.
Tak disangka, seminggu pertama sejak Snazzy Boom meluncur, ada 200 orang yang bergabung menjadi reseller. Penjualan pun meningkat tajam. “Percaya ngga percaya ya, mungkin ini yang dinamakan the power of branding,” ujarnya.
Masih kata Ryan, “saat ini, konsumen lebih dulu melirik kemasan, baru isi didalamnya. Dari berbagai penolakan itu, ia bisa menggali nilai penting yang harus dilakukan dalam dunia bisnis, yakni branding dan pengemasan. Produk arum manis biasanya menyasar anak-anak usia sekolah, berusia 7-15 tahun. Namun, Snazzy Boom punya target market berbeda. Arum manis ini mengincar konsumen muda dan dewasa, usia 18 – 34 tahun. Disamping itu, Snazzy Boom juga menyasar generasi yang lahir atau besar di tahun 90-an. Ryan bilang, “generasi ini seringkali rindu pada jajanan masa kecilnya, seperti arum manis”.
Pria yang baru saja menerima Penghargaan juara satu Tingkat Nasional dengan kategori Industri Pangan dan Kuliner yang digelar Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora) menutup perbincangan dengan sebuah pesan. “Bisnis itu tidak hanya sekedar berjualan produk dan cari untung. Lebih dari itu, kami, pebisnis punya tanggungjawab moral juga untuk menanamkan kebaikan,” tutupnya. (dadi/bentengpos.com)