
BP. TANGERANG – (Kota Tangerang) Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) yang baru disahkan, menuai kontroversi atas kekhawatiran kesejahteraan yang dipangkas habis. Sehingga menjadi mosi tidak percaya kaum buruh, mahasiswa, aktivis, serta pelajar lain untuk bergerak menyuarakan penolakan melalui aksi masa yang terjadi di beberapa daerah.
Oleh karena itu, tak sedikit simpatisan pergerakan dari aksi masa yang turut menyuarakan penolakan RUU Ombibus Law, seperti dari kaum pelajar (STM) yang dianggap tidak perlu untuk ikut berjuang, hingga dianggap sebagai biang provokasi dalam insiden kerusuhan. Hingga banyaknya penilaian perjuangan tolak Omnibus Law di dalam kacamata STM, membuat beragam asumsi yang hangat diperbincangkan, bahkan menjadi trending topik di beberapa media sosial terkait keikutsertaan mereka.
Menyikapi hal tersebut, seorang mantan akademisi STM, Ajis Pramuji mengatakan, bahwa keikutsertaan pelajar STM dianggap perlu dalam memperjuangkan hak-hak yang menjadi kaum buruh. Bahkan menurutnya, pelajar STM adalah generasi kaum buruh selanjutnya, karena mereka yang akan banyak menuntut masalah kesejahteraan pekerja. Disisi lain, pun mereka prihatin atas pendidikan, serta kelayakan bagi orang tua mereka yang bekerja sebagai buruh.
“Jelas mereka kan generasi penerus, setidaknya kita jangan intervensi, dan seharusnya mengapresiasi pergerakan mereka sebagai penerus,” ungkap Ajis kepada awak media, Selasa (13/10/2020).
Tetapi sangat di sayangkan, di mata mantan Akademis STM lain pun, terlihat adanya pencekalan, padahal keperihatinan terkait birokrasi yang sudah terbangun baik justru akan memperburuk keadaan yang akan menguntungkan sepihak kalangan.
“Adik-adik pelajar STM ini menjadi permasalahan baru, seakan STM adalah dalang dari anarkis demo. Harus kita ketahui, STM adalah pelajar yang dimasa mudanya mencari jati diri yang terbentuk dengan mental tempramen yang mudah terprovokasi, dan sangat disayangkan apabila pelajar STM banyak ditunggangi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,” ujarnya.
Ajis pun berharap, disaat keadaan seperti ini (keterlibatan pelajar dalam demo penolakan RUU Omnibus Law -red) harusnya pihak berwajib dapat lebih memberikan perhatian lebih serta pembinaan kepada kaum pelajar STM agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Saat demonstrasi yang memprovokasi, hingga mengakibatkan kejadian anarkis terjadi. Seharusnya, pihak Polisi dapat lebih memberikan pembinaan lebih bijak, bukan untuk mendiskriminasi mereka,” tandas Ajis.
(Yudh/Bentengpos.com)