Biksu Bhadra Ruci: Candi Borobudur adalah Tempat Suci Umat Buddha

bentengpos.com
4 Min Read
Biksu Bhadra Ruci yang pernah menjelaskan asal usul Candi Borobudur ke Richard Gere, ist Bentengpos.com

BP. SEKILASPOS – (Magelang) Sangha Vajrayana Sangha Agung Indonesia (SV-SAGIN) selaku salah satu majelis pemuka agama Buddha di Indonesia menyambut baik rencana pemerintah mengembalikan fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ibadah umat Buddha. Dalam keterangan pers Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Rabu (17/2/2021), Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan akan membuka Candi Borobudur kegiatan keagamaan umat Buddha termasuk untuk peziarah Buddha dari seluruh penjuru dunia. SV-SAGIN juga mengapresiasi usulan Kementerian Agama untuk memfasilitasi Candi Borobudur sebagai pusat ibadah umat Buddha seperti disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat berdiskusi dengan Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag, Kamis (28/1/2021).

Namun, dalam keterangan pers Kemenko PMK tersebut, disebutkan pula bahwa Menko PMK menyatakan bahwa, Borobudur bukan termasuk 4 tempat suci yang ada dalam kitab suci umat Buddha kendati termasuk salah satu tempat yang dihormati umat Buddha seluruh dunia. Pernyataan ini disampaikan seusai rapat koordinasi pengembangan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Rabu (17/2/2021).

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Yang Mulia Biksu Bhadra Ruci dari SV-SAGIN menegaskan, Borobudur sesungguhnya tempat suci umat Buddha. Tempat ziarah suci umat Buddha sangatlah banyak dan tidak hanya terpaku pada 4 situs yang disebutkan dalam riwayat Buddha Gautama saja.

Bumi Nusantara pun menjadi salah satu tujuan peziarah dari mancanegara, misalnya Fa Hsien yang berkunjung ke pulau Jawa sekitar 399-414 M dan I-Ching yang tinggal 10 tahun di Sumatra dalam rentang waktu tahun 671-695 M. Catatan perjalanan tokoh-tokoh ini kemudian menjadi salah satu rujukan bagi Sir Alexander Cunningham untuk menggali berbagai situs-situs suci sejarah Buddhis baik di India maupun di luar India.

Biksu Bhadra Ruci juga menjelaskan bahwa sudah banyak kitab suci yang diidentifikasi sebagai basis pendirian Candi Borobudur. Gandavyuha Sutra, yang merupakan salah satu bab di dalam kitab suci Avatamsaka Sutra yang bisa ditelusuri di kitab suci/kanon Buddhisme Tibet, membentuk 128 keping relief di badan candi.

Demikian juga kerangka arsitektur 10 tingkat Candi Borobudur disusun berdasarkan bagian dari Avatamsaka Sutra. Literatur ini pula yang mendorong peneliti Jawa Kuno asal Belanda De Casparis (1950) untuk mencoba merekonstruksi ulang nama Borobudur menjadi “Bhumisambharabhudara” yang berarti Gunung Akumulasi Kebajikan dalam Sepuluh Tingkat Bodhisatwa.

Selain itu, Candi Borobudur mengandung ajaran suci tantra atau vajrayana dari Buddha. “Ini juga bisa ditelusuri lebih lanjut dari lontar-lontar kuno Buddhis yang merupakan kitab suci peninggalan leluhur kita dari masa lampau, seperti misalnya Sanghyang Kamahayanikan, lalu ada pula teks Kalpabuddha dan Nagabayusutra dari Bali, dan sebagainya,” jelas Biksu Bhadra Ruci.

Secara keseluruhan, Borobudur yang indah itu bisa disebut sebagai bagian gambaran kitab suci Buddha. Karenanya, Biksu Bhadra Ruci menyimpulkan bahwa Candi Borobudur seyogyanya berhak menyandang status sebagai tempat suci umat Buddha, setara dengan Angkor Wat di Kamboja, Grdhrakuta (Gunung Puncak Burung Nazar) di India, juga reruntuhan Universitas Nalanda di India yang sempat menjadi pusat peradaban Buddhis terbesar di dunia selama lebih kurang satu milenia dan memiliki relasi arkeologinya dengan bangsa Indonesia. Jika merujuk ke contoh agama lain, maka Borobudur juga bisa dibandingkan dengan Masjid Nawawi ataupun Gereja Vatikan.

“Vatikan misalnya bukanlah tempat kelahiran atau terkait langsung dengan peristiwa kehidupan Yesus, namun tetap saja menjadi pusat penziarahan bagi para umat Katolik yang berkeyakinan,” Biksu Bhadra Ruci menerangkan. (Yudh/Bentengpos.com)

Share this Article
Leave a comment